Kalau sudah begini, mau tidak mau aku menyesali mengapa aku ingin berlama-lama pulang ke rumah tadi. Sekarang justru terbelenggu dingin di teras sebuah cafe menanti hujan reda. Malam sudah cukup dingin tanpa harus ditemani gemericik air. Dan lelah melengkapi rasa kesalku malam ini.
Bosan menyaksikan hujan yang tak kunjung reda, aku memutuskan untuk menikmati suasana cafe. Memesan secangkir cokelat panas untuk menghangatkan tubuh. Ahh... tidak ada jalan lain selain menikmati malam ini dengan semua yang sedang dan telah terjadi. Anggap saja aku sedang merelaksasikan otot dan fikiranku dari aktivitas seharian.
Kamu tau apa yang paling romantis dari malam? Hujan, dan sorot lampu jalanan. Dari disini aku bisa menyaksikannya dengan leluasa. Bagaimana tak henti-hentinya hujan turun memeluk bumi meski pada akhirnya ia akan jatuh dan pecah berbentur aspal.
Petikan gitar disebuah sudut ruangan menyeret pandanganku dari jalanan diluar sana. Seorang penyanyi cafe dengan gitar akustik dipelukannya. Ku kenali petikan gitar itu sebagai intro dari sebuah lagu yang sedang hits belakangan ini. "Lagu itu lagi"lirihku. Aku menghela nafas bosan dan kembali membawa pandanganku keluar.
aku yang pernah terluka kembali mengenal cinta
Yang tak pernah ku duga adalah suara penyanyi cafe ini memberikan ekspektasi yang tidak biasanya setiap kali lagu ini ku dengar. Ntahlah bagaimana menjelaskannya. Ntah karena suaranya yang jernih, kolaborasi gitarnya yg terdengar apik, atau justru karena suasana hujan malam ini. Ia menyanyikannya seakan membawaku menuju dimensi yang berbeda. Ia membawa bayang seseorang yang belum sempat ku sapa seharian ini. Kamu, tiba-tiba menari dalam benakku.
hati ini kembali temukan senyum yang hilang
semua itu karena dia
Fikirku menari diri ini ke masa yang berbeda. Dulu, dimana semua tentang kita berawal.
Apa jadinya jika dulu kita tidak bertemu, tidak menyapa, tidak saling bertukar senyum. Apa aku akan tetap membawa patah hatiku hingga bertahun-tahun ke depan?
Apa jadinya jika Tuhan tidak menggerakkan hati salah satu dari kita untuk menyelami rasa. Apa kita akan tetap berdiam ditempat, mengagumi dari sisi tergelap yang berbeda?
Apa kamu tetap datang menawarkan apa yang sempat hilang, yang mampu ku sentuh, kulihat dengan mata?
Apa jadinya jika...
oh tuhan kucinta dia, kusayang dia rindu dia, inginkan dia
utuhkanlah rasa cinta dihatiku hanya padanya, untuk dia
Ingat, kamu sering mengatakan padaku agar tidak perlu bersusah untuk membayangkan sesuatu yang belum tentu terjadi atau mengandaikan sesuatu. Jalani saja. Menyelami setiap rasa. Mereguk setiap rindu. Bahwa disini, aku ada. Dan kamu adalah apa yang selalu ku sebut dalam permintaan terbaikku kepada Tuhan.
jauh waktu berjalan kita laluli bersama
betapa disetiap hari kujatuh cinta padanya
Meninggalkan semuanya dibelakang. Potongan-potongan cerita dari masing-masing kita yang tak perlu lagi di genggam. Melipatnya hingga tak berbentuk dan menguburkannya jauh, jauuhh di sudut tergelap malam. Sebab yang ada kini, hari ini, adalah kita yang sedang bergandengan tangan. Berjalan ditengah dinginnya malam bahkan teriknya siang. Menapaki terjalnya pegunungan. Menyusuri tepian pantai. Digemerlapan lampu perkotaan. Dihijaunya pedesaan. Bahkan berlari ditengah guyuran hujan. Yang ada kini hanya kita yang sedang berusaha melukis kenangan. Dan dari semua perjalanan yang telah kita lakukan, bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta padamu? Bagamana mungkin...
dicintai oleh dia kumerasa sempurna
semua itu karena dia
Lagu itu hampir selesai ia nyanyikan. Petikan gitar dan suara jernihnya semakin ramai membawa sketsa wajahmu dan semua cerita yang kita lalui. Seolah patah hati itu tak berbekas. Bersamamu, kutemui hal yang menyempurnakan hati. Dicintai olehmu kurasakan seperti sebuah rumah yang menawarkan tempat kembali pulang.
oh tuhan kucinta dia, kusayang dia,
Hujan nyaris reda. Menyisakan gerimis dan aroma petrichor hingga ke dalam cafe. Cokelat panasku tersisa seteguk lagi. Ini saatnya bersiap untuk pulang. Tapi mungkin sebentar lagi. Ada yang harus kulakukan sebelum aku beranjak. Sesuatu yang datang tiba-tiba dan begitu keras menghantam dada. Rindu. Aku merindukanmu. Setidaknya aku ingin mendengarkan suara mu untuk sedikit meredamkan gemuruh rindu itu.
rindu dia, inginkan dia
"Halo, sayang.. kamu udah makan?"
"...."
"um.. belum. aku belum sampai rumah. Hujan, jadi lagi berteduh di cafe "
"...."
"oh, benarkah? maklum udah masuk musim baru. oh iya, besok kamu sibuk?"
"...."
"aku kangen.."
"...."
"beneran..??"
"..."
"oke, besok aku tunggu dirumah yaa.. eh hujannya udah reda nih. aku pulang dulu ya. nanti aku kabarin lagi kalau uda sampai.."
"..."
"hu um.."
"...."
"iya, bye.. ah, sayang satu lagi.."
" aku mencintaimu..."
hanya padanya, untuk dia
D.22.09.16