9/22/2016

DIA

Kalau sudah begini, mau tidak mau aku menyesali mengapa aku ingin berlama-lama pulang ke rumah tadi. Sekarang justru terbelenggu dingin di teras sebuah cafe menanti hujan reda. Malam sudah cukup dingin tanpa harus ditemani gemericik air. Dan lelah melengkapi rasa kesalku malam ini. 
Bosan menyaksikan hujan yang tak kunjung reda, aku memutuskan untuk menikmati suasana cafe. Memesan secangkir cokelat panas untuk menghangatkan tubuh. Ahh... tidak ada jalan lain selain menikmati malam ini dengan semua yang sedang dan telah terjadi. Anggap saja aku sedang merelaksasikan otot dan fikiranku dari aktivitas seharian.
Kamu tau apa yang paling romantis dari malam? Hujan, dan sorot lampu jalanan. Dari disini aku bisa menyaksikannya dengan leluasa. Bagaimana tak henti-hentinya hujan turun memeluk bumi meski pada akhirnya ia akan jatuh dan pecah berbentur aspal.
Petikan gitar disebuah sudut ruangan menyeret pandanganku dari jalanan diluar sana. Seorang penyanyi cafe dengan gitar akustik dipelukannya. Ku kenali petikan gitar itu sebagai intro dari sebuah lagu yang sedang hits belakangan ini. "Lagu itu lagi"lirihku. Aku menghela nafas bosan dan kembali membawa pandanganku keluar.

Di suatu hari tanpa sengaja kita bertemu
aku yang pernah terluka kembali mengenal cinta

Yang tak pernah ku duga adalah suara penyanyi cafe ini memberikan ekspektasi yang tidak biasanya setiap kali lagu ini ku dengar. Ntahlah bagaimana menjelaskannya. Ntah karena suaranya yang jernih, kolaborasi gitarnya yg terdengar apik, atau justru karena suasana hujan malam ini. Ia menyanyikannya seakan membawaku menuju dimensi yang berbeda. Ia membawa bayang seseorang yang belum sempat ku sapa seharian ini. Kamu, tiba-tiba menari dalam benakku.

hati ini kembali temukan senyum yang hilang
semua itu karena dia

Fikirku menari diri ini ke masa yang berbeda. Dulu, dimana semua tentang kita berawal.
Apa jadinya jika dulu kita tidak bertemu, tidak menyapa, tidak saling bertukar senyum. Apa aku akan tetap membawa patah hatiku hingga bertahun-tahun ke depan?
Apa jadinya jika Tuhan tidak menggerakkan hati salah satu dari kita untuk menyelami rasa. Apa kita akan tetap berdiam ditempat, mengagumi dari sisi tergelap yang berbeda?
Apa kamu tetap datang menawarkan apa yang sempat hilang, yang mampu ku sentuh, kulihat dengan mata?
Apa jadinya jika...

oh tuhan kucinta dia, kusayang dia rindu dia, inginkan dia
utuhkanlah rasa cinta dihatiku hanya padanya, untuk dia

Ingat, kamu sering mengatakan padaku agar tidak perlu bersusah untuk membayangkan sesuatu yang belum tentu terjadi atau  mengandaikan sesuatu. Jalani saja. Menyelami setiap rasa. Mereguk setiap rindu. Bahwa disini, aku ada. Dan kamu adalah apa yang selalu ku sebut dalam permintaan terbaikku kepada Tuhan. 

jauh waktu berjalan kita laluli bersama
betapa disetiap hari kujatuh cinta padanya

Meninggalkan semuanya dibelakang. Potongan-potongan cerita dari masing-masing kita yang tak perlu lagi di genggam. Melipatnya hingga tak berbentuk dan menguburkannya jauh, jauuhh di sudut tergelap malam. Sebab yang ada kini, hari ini, adalah kita yang sedang bergandengan tangan. Berjalan ditengah dinginnya malam bahkan teriknya siang. Menapaki terjalnya pegunungan. Menyusuri tepian pantai. Digemerlapan lampu perkotaan. Dihijaunya pedesaan. Bahkan berlari ditengah guyuran hujan. Yang ada kini hanya kita yang sedang berusaha melukis kenangan. Dan dari semua perjalanan yang telah kita lakukan, bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta padamu? Bagamana mungkin...

dicintai oleh dia kumerasa sempurna
semua itu karena dia

Lagu itu hampir selesai ia nyanyikan. Petikan gitar dan suara jernihnya semakin ramai membawa sketsa wajahmu dan semua cerita yang kita lalui. Seolah patah hati itu tak berbekas. Bersamamu, kutemui hal yang menyempurnakan hati. Dicintai olehmu kurasakan seperti sebuah rumah yang menawarkan tempat kembali pulang.

oh tuhan kucinta dia, kusayang dia, 

Hujan nyaris reda. Menyisakan gerimis dan aroma petrichor hingga ke dalam cafe. Cokelat panasku tersisa seteguk lagi. Ini saatnya bersiap untuk pulang. Tapi mungkin sebentar lagi. Ada yang harus kulakukan sebelum aku beranjak. Sesuatu yang datang tiba-tiba dan begitu keras menghantam dada. Rindu. Aku merindukanmu. Setidaknya aku ingin mendengarkan suara mu untuk sedikit meredamkan gemuruh rindu itu.

rindu dia, inginkan dia

"Halo, sayang.. kamu udah makan?"
"...."
"um.. belum. aku belum sampai rumah. Hujan, jadi lagi berteduh di cafe "
"...."
"oh, benarkah? maklum udah masuk musim baru. oh iya, besok kamu sibuk?"
"...."
"aku kangen.."
"...."
"beneran..??"
"..."
"oke, besok aku tunggu dirumah yaa.. eh hujannya udah reda nih. aku pulang dulu ya. nanti aku kabarin lagi kalau uda sampai.."
"..."
"hu um.."
"...."
"iya, bye.. ah, sayang satu lagi.." 

utuhkanlah rasa cinta dihatiku hanya padanya, untuk dia

" aku mencintaimu..."

hanya padanya, untuk dia



D.22.09.16

12/17/2015

Tentang Akan Seperti Apa (Kita) di Hari Esok

Sekali lagi, aku merubah posisi tidurku. Meski lampu sudah dipadamkan, namun masih saja mata ini tak bisa terpejam. Tak peduli dentang jam yang sedari tadi terus bernyanyi-nyanyi. Tak peduli dengan dengan nyanyian malam yang sudah lelah meminta untuk terlelap. Mata ini masih menyalang. Terang.

Malam sudah larut ketika aku memikirkan mu. Semakin larut, bukan semakin lelah namun semakin besar pula gaya magis itu menarikku untuk memutar semua tentangmu layaknya layar lebar yang kita tonton bersama beberapa waktu yang lalu. Malam ini aku mengingatmu dengan baik. Mengingat tiap caramu tersenyum, wajah seriusmu ketika sedang menimbang sebuah keputusan, caramu menyisir rambut ketika gugup atau detil parasmu ketika tertawa. Dan semua percakapan kita tempo hari terus menggema. Tentang mimpi-mimpi yang ingin kita capai bersama. Tentang menjawab tanda tanya kehidupan. Tentang hidup. Tentang akan seperti apa kita jalani esok hari. Pembicaraan ringan yang diselingi tawa namun begitu memiliki arti bagi kita. Setidaknya untukku saat itu.

Ada setidaknya 551 malam kita lalui bersama sejak kita memutuskan untuk saling berbagi dan malam itu kita melaluinya dengan amat sangat manis. Melukis mimpi, merancang asa, mencoba mengukir nasib dan melirihkannya dalam nyanyian terbaik kepada Tuhan agar menjadi sebuah takdir. Indah. bahkan kata indah sekalipun terlampau sederhana untuk semuanya.

Semakin larut, suara-suara pembicaraan kita semakin jernih menggema namun begitu jauh tak terjangkau. jauh. ntah karena apa. menjadikan jantungku berdegup kencang akibat spekulasi-spekulasi semu tentang seperti apa hari esok. Mungkin hal tersebut juga yang menyebabkanku bermimpi buruk beberapa malam ini. Memikirkan yang seharusnya tak perlu dipikirkan. Membayangkan yang sebenarnya tak seburuk apa yang dibayangkan.

Derit tempat tidur masih menjerit tiap kali aku mengubah posisi tidur untuk mencari kenyamanan. Mencoba mengabaikan suara-suara yang terus menggema. Mencoba mendamaikan hati bahwa semuanya akan baik-baik saja. Mencoba memberi pengertian, bahwa hidup memanglah tentang ribuan tanda tanya. Akan ada begitu banyak tanda tanya ketika kita melihat jalan di hadapan kita. Yang bisa saja sepintas terlihat indah namun menyembunyikan kepedihan dari luka yang terdalam atau terlihat begitu menakutkan namun siapa sangka di dalamnya terpeluk sejuta keindahan yang melahirkan kebahagiaan.

Sudahlah, ini sudah terlalu larut. Akan seperti apa hari esok, biar saja waktu melukis perlahan tentang mimpi-mimpi kita. Memberikan kesempatan pada mentari bersinar terlebih dahulu. Tak perlu terburu-buru. Tak lagi ingin memikirkan kekhawatiran semu yang lahir dari spekulasi. Sebab padamu, telahkutitipkan sekeping hati dalam kotak kepercayaan. Dan menjadikan setiap tanda tanya kehidupan dirangkai menjadi sebuah cerita tentang kita.


8/12/2015

Hari-Hari Jatuh Cinta dan Menahan Rindu

Dear.. menyenangkan rasanya memutar memori kebersamaan kita seperti kaset rusak difikiranku. Menayangkan berulang-ulang saat kamu tertawa atau tersenyum. Menikmati tiap detil parasmu.
Beginikah jatuh cinta itu? Jatuh dan cinta.
Hari-hari jatuh cinta.. 7 x 24 jam
Tersenyum seperti orang gila setiap mengingat hal konyol yang kamu atau kita lakukan bersama. Dan sapaanmu adalah sesuatu yang selalu dinanti. Entah itu hanya pesan singkat yang mungkin terlalu basi, standar, tidak penting atau apalah namanya bagi orang lain, untuk sekedar dikatakan. Hal-hal yang biasa terdengar luar biasa jika itu dilakukan oleh mu. Dalam kesederhanaan perbuatan yang berjubah ketulusan, menjuntai buah keistimewaan yang ranum ntk kita petik bersama.
Hari-hari jatuh cinta padamu adalah hari-hari menahan rindu..
Pertemuan adalah oase bagi rindu yang kita punya. Menanti sebuah pertemuan, melewati waktu yang berjalan begitu lambat. Seolah ketentuan  1 hari = 24 jam tidak berlaku tanpa sebab. Waktu merangkak pelan sedangkan rindu bak air bah yang memporak-porandakan taman. Hingga keluhan tak kuasa ditahan meski sabar sudah dikedepankan.
Dear.. tidakkah yang kita miliki sekarang terlampau sederhana untuk dijabarkan? Namun mengapa tetap saja masih sulit untuk dijelaskan?
Ahh sudahlah, bukankah tanpa diterangkan, cinta ternyata lebih terang?

Yang jelas, aku mencintaimu. Dan aku tau, dari matamu yang menatapku, kamu pun mencintaiku. Sesederhana itu

11.08.2015; 19.35
_420hari sejak kita memutuskan ntk menghabiskan waktu bersama

4/18/2015

Kamu

Kamu adalah kata yang menari nari setiap mata tertutup dan berubah menjadi bayang bayang hitam disudut ruang hati ketika mata ini terbuka. Kamu adalah apa yang tak mungkin bisa kusentuh, namun layaknya bayangan, mengikuti kemana pun sang tuan berjalan. Aku pernah mencari. Kemana hendak kutemui jika tiba tiba rindu itu kembali. Menjerit meminta sebuah pelukkan. Satu pelukkan saja. Menjadikan nyata dari bayang-bayang hitam yang bersembunyi disudut ruang.
Kamu adalah sebab lain dari lahirnya sajak sajak ku. Mengukir pilar pilar waktu menceritakan tentang hujan yang jatuhi dadaku. Mengalir lalu hilang diujung-ujung penantian yang tak menemui muara. Menguap tak bersisa. Namun hujan yang jatuh, tak turut mereda. Terus bergemuruh, tak peduli jika  dada ini tak lagi sanggup menahannya.
Kamu adalah apa yang selama ini disimpan waktu. Menyebabkan lebam biru ditempat yang seharusnya masih utuh. Melukis dengan pena seolah menceritakan tentang tangis haru. Namun kamu, penipu. Aku pernah bertanya, pada bayang yg tak tersentuh itu, bisakah luka itu  sembuh? Tak lagi menyisakan perih yang menjalari tubuh saat hujan turun dengan bergemuruh.
Dan kini, kamu adalah apa yang kita sebut sebagai kenangan. Yang selalu diantarkan oleh senja pada sebuah kepulangan. Mengeja namamu serupa meraba ukiran dibatang batang pohon kenangan. Hitam. Legam. Kasar tak terhapuskan. Tak lagi basah disebabkan darah. Tak lagi lebam dan membiru. Tidak lagi. Luka itu sembuh meski bagiannya tak lagi utuh.

Kini juga kamu adalah apa yang kulipat rapi sebagai sebuah perjalanan. Menyusunmu dalam sebuah memoar kehidupan yang sempat berserakan. Menyisipkannya dilipatan lipatan hati yang terdalam. Yang tak lagi kusentuh kecuali jika Tuhan yang menuntunkan.

3/25/2015

Kepada Lelaki yang Berkurang Usia (26 Origami Hati)


Selamat Ulang Tahun My Man..
Selamat bertambah umur dan berkurang usia, Dear..
Semoga keberkahan hidup melimpah padamu.
Dengan segala kasih, sayang dan rindu dari tempatku berdiri sekarang, kulantunkan syair untuk Sang MahaCinta agar sudi kiranya selalu memberikanmu kesehatan.. 

kemurahan rizeki..
kemudahan segala urusan duniamu..
kebaikan dalam hidupmu..
kebahagiaan..
kecemerlangan karir..
serta kedewasaan dalam menyikapi hidup..
Aku tak punya apapun untuk kuberikan padamu selain doa dan cinta yang tak sempurna seperti yang kamu harapkan dalam mimpimu. Aku hanya punya itu. Lalu, bersediakah kamu menerimanya?
Dalam sepucuk surat ini aku hadir memelukmu dalam doa dihari bahagiamu. Hari dimana kamu dilahirkan dan disambut tangis bahagia oleh kedua orangtuamu. Dari kertas lusuh yang mungkin akan pias dimakan waktu, aku memangkas jarak, meminta dgn segala kerendahan hati agar sudi kiranya kamu memaklumi keterbatasanku untuk merengkuhmu menggunakan tanganku langsung. Aku minta maaf. Tapi kumohon percayalah sayang, inginku merengkuhmu begitu besar. Membawakan kue ulang tahun dengan lilin menunjukkan usiamu adalah harapan terbesar.
Berbahagialah dihari jadimu sayang.. semoga kamu selalu bersyukur atas nikmat Tuhan yang tak pernah surut untuk para hambanya..

Sekali lagi, selamat ulang tahun cintaku, lelakiku, kekasih hatiku..




26 Origami Hati_11.14.2014

Rindu...

Rindu.. satu kata itu selalu menjadi favorit ku setelah 3 kata yang sering kamu ucapkkan; “ aku mencintai mu”. Satu kata yang mampu membuatku tersenyum bahagia. Membuatku benar benar ingin menghabiskan sisa waktuku untuk menemani harimu.
Hari ini terhitung 281 hari sejak pertama kali kita memutuskan untuk saling berbagi. Dan  ntah berapa ratus kali kata “rindu” itu kita ucapkan. Aku menyukainya, selalu. Satu kata yang selalu menjadikanku merasa dibutuhkan olehmu untuk tetap hidup dengan baik.
Mungkin ini terlalu sederhana bagi kita. Atau mungkin orang lain menganggapnya terlalu berlebihan. Kasmaran. Begitulah kata mereka untuk dua sejoli yang sedang memadu kasih. Terserah. Aku tidak peduli. Biarkan saja orang lain berkata apa tentang kita, yang jelas, aku menyukai setiap kata rindu darimu. Ntah itu melalui pesan singkat atau rengekan manja yang keluar dari bibirmu.
Jika sudah begitu, ingin rasanya aku memangkas jarak, bernegosiasi agar bermurah hati untuk dapat bertemu. Merayu waktu agar bersedia menyediakan tempat untuk rindu. Membiarkan lengan lenganku merengkuhmu dalam kenyamanan. Menjadikan satu rasa yang meronta itu bertemu dalam dekapan.

Aku tau, rindu bukan hal yang mudah untuk ditenangkan. Serupa rengekan anak kecil yang tak kunjung usai sebelum permintaannya terpenuhkan. Akupun merasakan. Nyaris setiap hari. Mengerikan bukan? Ah.. sudahlah. Biarkan saja rindu ini tetap bersarang didada kita. biarkan Ia meronta atau merengek pada jarak dan waktu. Berharap ‘mereka’ bermurah hati pada rindu yang membiru. Hingga akhirnya kita bertemu. Rindu.

Rindu__03.21.20015

1/26/2015

Dongeng Penghantar Tidur (Sepucuk Surat utk Kekasih)

Sayang.. coba dengarkan. Aku punya satu cerita untuk mu. Cerita penghantar tidur. Bukan... ini bukan tentang cinderella yang berdansa dengan pangeran dan kehilangan sepatu kacanya, bukan tentang rapunzel dan rambut panjangnya, bukan tentang putri tidur yang menanti pangerannya, apalagi tentang putri ariel yg rela kehilangan suaranya untuk bisa menjadi manusia dan berada disisi orang yang dicintainya meski akhirnya ia hilang menjadi buih dilautan. Sekali lagi kukatakan,bukan.. ini bukan tentang kisah mereka. Jadi, cobalah mendekat. Rebahlah disampingku. Kamu bisa memejamkan matamu sembari mendengarku bercerita, aku akan menghantarkanmu ke sebuah gerbang mimpi indah yang belum pernah kamu masuki..
Dengarlah...
Ada seorang gadis mencintai seorang lelaki yang tidak pernah sedikit pun terfikir olehnya bisa memiliki hati lelaki itu seindah ini. seorang lelaki yang sejak lama ia kagumi. Manis.. Dia-lelaki itu- begitu manis. Tersenyum dengan lembut, tertawa menularkan kebahagiaan, berkata memberikan kehangatan. Lelaki itu seperti langit. Yang biru mendamaikan, yang luas melingkupi dunia; dunianya. Yang rela meredup agar bintang menunjukkan keindahan malam. Yang bersedia memberi pelangi setelah hujan. Yang menyediakan kehangatan mentari dan kesejukan gerimis pagi. Langit yang indah dengan senja yang menawarkan ketenangan jiwa; jiwanya.

Ada seorang gadis yang mencintai seorang lelaki. Seorang gadis yang tak pernah tau alasan mengapa ia bisa mencintai lelaki itu sedalam ini. Gadis itu menyukai senyumnya, merindui suaranya. Ia menyukai tatapan matanya. Tatapan mata seorang lelaki yang sedang mencintai. Yaa.. tatapan cinta yang begitu hangat selalu terpancar  tiap kali ia menatap gadis itu. Namun, bukan karena itu sang gadis mencintainya. Bukan karena senyumnya, suaranya, mata indahnya atau bahkan wajahnya.
Sang gadis mencintainya karena dirinya. Hanya dirinya.
Mencintai lelaki itu karena semua yang ada padanya.
Umm?? Siapa mereka?? Kamu ingin tau siapa mereka??
Baiklah, aku akan memberi tau mu. Ayo pejamkan kembali mata mu. Kita akan bertemu dengan mereka..
Sayang.. kamu lihat gerbang yang kukatakan diawal cerita  tadi? Sebuah gerbang menuju sebuah taman. Bunga-bunga mekar dengan warna warni yang indah, kupu-kupu yang berterbangan, rumput hijau layaknya permadai nan lembut. Taman itu, taman seribu bunga. Masuklah sayang.. langkahkan kakimu menuju ke dalamnya. Kan kamu temui jawaban apa yang kamu pertanyakan tadi. Tentang seorang gadis dalam ceritaku tadi.
Kamu sudah menemukannya? Ia sedang duduk dibangku taman itu menunggu lelakinya..