8/30/2013

Menanti Senja

“ Ar.. kau tau kenapa aku begitu menyukai senja??
Itu karna ia menjadikan langit tak hanya sebatas biru dan hitam. Setiap goresan warnanya menjadikan langit lebih berwarna..”

"Ar.. Kau masih melihatku, kan?? Aku sedari tadi berdiri disini, begitu dekat denganmu. tapi mengapa hanya hamparan permadani biru yang kau tatap??"

“Ar.. tidakkah kau takut akan sesuatu?? karena aku takut lelah  menghampiriku. Dan putus asa menggerogoti jiwaku. Karena senja tak jua kunjung tiba. Sedangkan cahayanya menari nari membesarkan hatiku dengan fatamorgana Oase dipadang pasir..”

“ Kau.. masih mendengarku kan, Ar?? karena sedari tadi aku terus berteriak memanggil namamu..”

“Bicaralah, Ar.. bicaralah walau hanya selirih angin senja ini yang berbisik di telingaku. Bicaralah walau hanya menyebutkan namaku. Karena aku masih disini menanti senja dan menanti kehadiranmu..”
Kau dengar itu, Ar..?? aku disini menanti kehadiran Senja dan Kehadiranmu.

“Ar.. tidakkah bagimu Senja itu begitu indah?? Pernahkah kau melakukannya?? Menanti senja dipenghujung hari. Karena aku selalu menantinya dan kali ini, aku menantinya untukmu. Menantinya di bibir pantai ditemani dengan harapan harapan yang pernah kita goreskan dipilar pilar jingga..”

 “Ar.. kau tau kenapa aku selalu menantikan Senja?? Itu karena ia memberikan kedamaian dipenghujung hariku yang begitu melelahkan. Pancaran jingganya membuatku tenggelam dalam kehangatan.. Dan itu.. Seperti Kau. Ya. Kamu. Dirimu, Ar. Kau seperti Senja bagiku. Dan tetaplah seperti itu agar ku selalu menantinya.”

8/20/2013

Langit dan Senja



“..Nanti, ketika kau sudah siap, aku akan mengajakmu terbang mendahului deru angin. Meninggalkan semuanya dibelakang dan memastikan tidak ada pengaruh atas apa yang telah ditinggalkan..”

Gadis itu menyaksikan sepasang kekasih yang sedang mengukir bahagia dibibiran pantai. Bermain dengan deburan ombak sambil sesekali melemparkan senyum atau tertawa. Entah lelucon apa yang sedang mereka tawakan.  CUKUP.. mungkin sudah cukup ia menyaksikan aura kebahagiaan yang terpancar dari dua sejoli itu. Ia menunduk, takut dirinya akan hancur dan hilang seperti buih ombak jika dia bertahan untuk menyaksikannya lebih lama.
Ia tersenyum, tapi setetes air mata berhasil lolos turun dipipi mulusnya. Dengan cepat kedua tangannya terangkat untuk menghapus cairan bening itu sebelum dua sejoli itu datang menghampirinya.
                “Kau menyayanginya kan??”
Gadis itu terkejut. Dengan refleks kepalanya mengarah ke sumber suara bas yang terdengar ditelinganya. Ia mendengus kesal ketika mengetahui siapa sosok yang berdiri disampingnya
                “Ahh.. sepertinya jawaban dari pertanyaanku tadi adalah iya. Lihat.. kau habis menangis kan..??” laki laki itu bersuara lagi.
                “ck.. Jangan sok tau. Mataku kelilipan pasir..”
                “ Laki laki seperti dia tidak pantas kau tangisi, Senja..”
                “Sudah ku katakan jangan sok tau. Ck.. Apa kau tidak ada hobi lain selain menguntitku kemana mana??”. Laki laki itu tersenyum penuh makna di depan gadisnya. Senyum yang menyimpan begitu banyak rahasia. Senyum yang membuat senja membeku sesaat.
                “Senja, jadi dia orangnya??”. Sepasang kekasih itu kembali menghampiri senja. Sepasang kekasih yang tanpa mereka sadari telah membuat hati senja remuk tak berbentuk.
                “Siapa sih Babe..?”
                “Ini lho, Babe. Kemarin Senja cerita ke aku kalau dia punya seseorang yang dia sayangi. Waktu aku tanya siapa, eh dianya gak mau kasih tau. And see.. justru dia malah buat kejutan  buat kita dengan ngajak seseorang itu kesini..”
                “ Bulan, Kau salah Paham. Dia..” Ucapan Senja terpotong ketika ia menyadari ada tangan kekar yang merangkul bahunya.
                “ Kenalin.. aku Langit..” ucap laki laki itu dengan tersenyum geli ketika menyadari tubuh yang dirangkulnya tiba tiba menegang karena terkejut atas tindakannya..
                “Aku,  Bulan Sahabatnya Senja. Dan ini pacar ku, Bintang..”
                “ehm..Bulan dan Bintang.. kalian pasangan yang serasi..”
                “Terimakasih” laki laki yang bernama bintang itu tersenyum tulus.
                “Oh ya.. kalian tidak keberatan kan kalau aku yang akan mengantar senja pulang?? Kami masih ingin jalan jalan..”
                “Ap..Apaa.. tidak... aku.. eh..”
                “ gak pa-pa kok.. kami ngerti. Kalau gitu,  kami duluan ya.. have fun buat kalian”
                “Bulan tunggu.. aku ikut kalian..”
Langit tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah dua sejoli yang baru saja meninggalkan mereka, sedangkan tangan satunya masih belum juga melapas rangkulan dibahu Senja.
                “ Langit.. Apaan sih. Lepasin aku sebelum aku melakukan hal yang anarkis..”
Senyum Langit semakin melebar mendengar kalimat ketus dari gadisnya.  Seolah olah ancaman yang dilontarkan Senja berupa gurauan yang membuatnya tertawa.
                “ Aku gak tau kalau kau menyimpan perasaan padaku. Kenapa tidak jujur saja dari kemarin kemarin..”
Senja memutar bola matanya dengan kesal. “ Teruslah bermimpi anak muda..” ia melepas paksa rangkulan Langit dibahunya dan berjalan cepat meninggalkan laki laki itu sendiri.
Lagi. Langit hanya tersenyum melihat kelakuan gadisnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gadis itu berdiri dibibiran pantai dengan tatapan kosong jauh kedepan. Membiarkan deburan deburan ombak pecah di kakinya. Berharap sedikit ketenangan hinggap di hatinya yang perih. Digenggamnya selembar  foto yang kini telah kusut ditangannya. ‘Kenapa rasanya sakit sekali..? inikah yang dinamakan patah hati..?? bahkan untuk bernafas saja begitu sulit.. inikah saatnya aku melepaskanmu??’
                “ Ini.. Minum..” Laki itu menempelkan kaleng soft drink di pipi putih Senja.
                “Ck..Apaan sih.. ngagetin tau gak..”
                “ Makanya jangan melamun. Ngapain sih harapin orang yang jelas jelas uda punya kekasih. Apalagi dia kekasih sahabatmu sendiri.. Move on, dong..”
 “ Kau fikir melakukannya semudah kau mengatakannya..” Gadis  itu menghela nafas panjang.  “Percayalah.. Aku sudah mencoba. Tapi...susah sekali..”
“Ckckckck.. Susah Move on itu dikarenakan kau masih berpegangan dengan apa yang sebenarnya gak pantas ntk kau pegang. Itu sama saja dengan kau berpegangan pada duri yang meski sudah menyebabkan tanganmu berdarah tapi masih saja dipegang..”
Gadis itu tersentak menoleh ke arah laki laki disampingnya. Tersadar akan kata katanya yang memukul telak di hati. Ia menunduk, merasakan matanya menghangat karena cairan didalamnya sebentar lagi akan menuntut keluar. Ia tersadar, menyadari bahwa apa yang dikatakan laki laki itu benar. bahwa ia selama ini masih berpegang dan berharap pada sesuatu yang sebenarnya tidak pantas untuk ia pegang dan harapkan.
                “ Apa ini..?” Langit merebut selembar foto yang sejak tadi tergenggam di tangan senja.
                “Langit.. Kembalikan.. itu punyaku.”
Langit berkelit. Diangkatnya foto yang kini ditangannya itu tinggi tinggi.
 “Wahh.. Lihat.. kau culun sekali difoto ini. beda dengan dirimu yang sekarang.. hahaha”
“ Langiiittt.. itu gak lucu. Kembalikan foto itu sekarang..”
“Hahahaha.. ini benar benar lucu. Coba saja kau rebut ini jika kau bisa..”
Mereka berlari disepanjang bibir pantai dengan ombak  yang saling berkejaran seolah olah berrebut untuk menghampiri mereka. Tanpa mereka sadari, nanti ntah kapan, waktu yang telah mereka lalui bersama saat ini menjadi kenangan yang tak bisa mereka lupakan. Sebuah moment yang membuat segalanya berbeda.
Dan tanpa Senja sadari, ia telah menciptakan dan mengukir bahagianya sendiri bersama langit dibibir pantai sore itu. Mengukir bahagia seperti halnya dengan kedua sahabatnya yang tadi sempat ia saksikan. Tertawa, tersenyum, bermain dengan ombak pantai. Ia, gadis itu, telah mengukir cerita bahagianya sendiri bersama seseorang yang jauh lebih layak untuk dia tangisi nanti.
 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
                “Langit.. terimakasih” ujar gadis itu sambil tersenyum tulus.
                “never mind. Eh.. tapi Senja.. fotomu tadi, aku tidak tau terjatuh dimana..”
Senja tersenyum. “ gak pa-pa. Foto itu memang tadinya mau dibuang.”
                “nghaa.. kau yakin..?”
                “ya.. aku fikir, sudah saatnya aku benar benar melepaskan apa yang sebenarnya memang bukan untukku. Seperti yang kau katakan tadi, aku masih berpegang dengan yang seharusnya tidak aku pegang. Dan mulai saat ini, duri yang ku genggam dan menyebabkanku berdarah, aku akan melepaskannya..” Senyum gadis itu kembali terukir dengan penuh keyakinan dan harapan.
Langit balas tersenyum padanya. Senyum yang penuh arti. Senyum ketulusan.  Senyum yang menyimpan sejuta rahasia yang hanya dirinya yang tau.
                “Kau tau, nanti, ntah kapan, ketika kau sudah melihatku, aku akan mengajakmu terbang mendahului deru angin. Meninggalkannya dibelakang dan memastikan  tidak ada pengaruh dengan apa yang ia tinggalkan..”
Kening Senja berkerut mendengar ucapan Langit yg tidak ia mengerti sama sekali. Mulutnya terbuka untuk meminta penjelasan lanjut tentang maksud laki laki itu.
                “Sudahlah.. ayo pulang..” ujar laki laki itu sambil mengacak rambut senja.
                “ nghaa.. pulang?? Tapi aku ingin melihat matahari tenggelam..”
                “bukankah kau sudah sering melihatnya..?” tanya langit sambil berjalan memunggungi senja
                “ iya, tapi aku masih ingin melihatnya. Sunset dan senja disini indah, ngit.. tunggu bentar lagi yaa..” bujuk gadis itu sambil berusaha mengimbangi langkahnya dengan Langit.
                “enggak.. aku mau pulang. Terserah kau mau ikut dengan ku atau tidak..”
                “Langitt.. arrghh... baiklah aku ikut pulang dengan mu.. heii Langiiittt.. tunggu akuu”
                “ cepat sedikit.. dasar siput, lambat sekali kau..”
                “Apa kau bilangg... !!! aduhhh..”
                “astagaa.. ditaruh dimata matamu sampai batu sebesar itu bisa membuatmu terjatuh.. hahahaha..”
                “gak lucu, Langit. Jangan tertawa..!! kau tidak membantu sama sekali..”
                “Terserah aku dong.. hahahaha”
                “Langiitttt.. Awas kau..!!”


‘..Senja.. kau tau, kau terlalu indah untuk disia siakan dengan orang orang yang tak mengerti betapa kau sangat istimewa. Kau tak pantas untuk menangis dan aku berjanji, akan terus membuatmu berwarna tanpa ada lagi awan kelabu yang menyelimutimu...’
‘..Senja.. tidakkah kau tau bahwa kau mempesona?? Kau, dengan segala kelebihan dan kekuranganmu membuatku berwarna. Yaa.. membuat langit jauh
lebih berwarna. Tidak hanya biru, hitam dan putih..’     

8/19/2013

Yang datang dan menyapa


Ada yang datang dalam diam. Hening meraba.
Mendengar tanpa suara.
Berbicara tanpa kata.

Ada yang datang dalam kesunyian. Merayap perlahan.
Melihat tanpa penerangan.
Mengerti tanpa penjelasan.

Ada yang menyapa dalam kegelapan.
Memeluk ku dalam kehangatan.
Memimpin ku disetiap persimpangan.
Menjadi lentera ku disepanjang perjalanan.

Dia..
Entah apa,,
entah siapa,,
entah mengapa,,

Bersembunyi dibalik pekat malam.
Mendengar, Melihat, Menyapa, dan Mengerti tanpa bertanya.

Senja dan Hujan



Aku selalu melihatmu dibalik  tirai hujan. Karena bagiku, kau adalah bagian dari kesedihanku yang terdalam...



Gelegar halilintar menjadi nyanyian kepedihan senja. Deru hujan yang turun dari kolong kolong langit membingkai pandangan membentuk tirai alam. Dingin. Bahkan kebekuan yang ditawarkan tak mampu membius hati gadis itu agar terhindar dari rasa sakit.



                         Tell me her name,,
                         I want to know the way she looks  and where you go
                         I need to see her face, I need to understand

         
                  “Apa ada yang salah dengan ku?? kenapa kau tega sekali menghianati apa yg sudah kita jaga selama ini??”  lirih gadis itu menyuarakan isi hatinya. Berusaha menafsirkan kepedihan yang menghantamnya secara bertubi tubi.
                “Aku.. minta maaf...” lelaki yang dihadapannya hanya bisa menunduk dan menyuarakan penyesalannya jauh lebih lirih.
                “tidak adakah yang ingin kau jelaskan padaku?? Setidaknya beri aku alasan ntk memahami apa yang sudah kau perbuat. Katakan sesuatu selain permintaan maaf yang sedari tadi kau lontarkan..”
                “aku mencintaimu, Luna.. dan aku minta maaf..”
                “ Kau mencintaiku, tapi mencium wanita lain diruang kerjamu sendiri?? Begitukah yang kau katakan mencintaiku..? “
                “kalian sama sama memiliki tempat tersendiri dihatiku. Aku mencintai kalian..”
                “Lupakan saja. Lupakan semuanya. Mulai sekarang tidak ada lagi tentang kita, Joe. Yang ada hanya aku, kamu dan kenangan dihari hari yang sudah kita lewati bersama. Cincin ini, ku kembalikan bersama hatimu yang sempat kau titipkan padaku”

       

I'll let you go ,, I'll let you fly
Why do I keep on asking why
I'll let you go
Now that I found a way to keep somehow more than a broken vow


Joe,  hujan kali ini memiliki cerita yang berbeda dengan  yang dulu. Senja yang bertiraikan rintikan hujan sebagai selimut kebekuan yang  justru memberikan kehangatan di relung hatiku.
Add caption
Joe, aku terlanjur menyukai hujan karna semua kenangan kita bersama ketika senja datang bersama hujan. Kenapa tidak kita abadikan saja cerita ini tetap sebagai moment kebahagiaan kita?? Kenapa justru harus kau selipkan belati dibalik  tirainya dan melukai sayap sayap kita yang terbentang  dalam rintik hujan?? Sayap sayap itu, sayap sayap yang kita bentangkan dan merengkuh kita dalam satu pelukan, telah patah akibat belati yang kau selipkan. Dan aku, kamu, hujan dan senja ini tidak akan pernah sama lagi untuk  selamanya.
Joe, mulai saat ini, aku akan selalu melihatmu dibalik tirai hujan. Karna bagi ku, Kau adalah bagian Kesedihanku yang terdalam...

Autumn in Your Eyes

Oppa, kau Menyukai Autumn tidak??

Autumn??

Yaa, Autumn,, Musim gugur..

Wae?? Apa kaumenyukainya, jagiya?

Ne, aku menyukainya Oppa. Menyukai  Warna keemasan dari daun daun yang gugur diterpa  sinar mentari senja. Bukankah terlihat begitu indah?

Menurutmu begitu??

Ehmmm. aku tidak pernah bosan dengan musim gugur, terutama dengan taman ini yg memiliki pohon mapel terindah saat musim gugur tiba ..

Baiklah. Kalau begitu,aku akan selalu mengajakmu kesini setiap Autumn tiba. Duduk dibawah pohon mapel yg daunnya gugur menguning diterpa angin.

Jinja?

Ne, tentu saja. aku berjanji padamu..

Dan kita akan menghabiskan senja bersama sama selama musim gugur??

Ya. bahkan tidak hanya musim gugur, tapi juga disepanjang musim berganti setiap harinya kita akan menikmati senja bersama sama. Kita berdua, selamanya. Arassoe?

Ne, Ara.   Oppa...

Ehmm..?

Saranghae..

Na do Saranghae Jagiya ..


Manusia di Persimpangan

Ada saat dimana kaki merasa letih,
namun diri tak ingin berhenti berjalan.
                                     Bergegas,,,,  ntah mengejar apa.
Ada saat dimana ketika diri ingin terlelap,
namun mata tak kunjung terpejam.
                                     Menatap,,,,   ntah apa.
Walau kaki yang berjalan sudah tertatih,,,
Walau jiwa telah letih,,,
namun perjalanan tak kunjung menepi.
Melewati seratus bahkan seribu persimpangan tanpa memilih.
                                     Bingung,,,  ntah karena apa.
                                     Ingin marah,,,,  ntah kepada siapa.
                                     Putus asa,,,,  namun tak kuasa.
Saat itu, yang diketahui hanyalah diri yang harus terus dan terus berjalan.
Berjalan hingga tiba disuatu titik dimana kebuntuan menyapa.
Dan diri hanya bisa termenung,,, ntah menunggu apa.
                            Berharap ,,,,  ntah apa.





22 juni 2013 ; 23:37
Zantedeschia Annisa_DeKa

Terinspirasi dari Mili's Novel dalam film "Milli dan Nathan" : Manusia di Persimpangan