“..Nanti,
ketika kau sudah siap, aku akan mengajakmu terbang mendahului deru angin.
Meninggalkan semuanya dibelakang dan memastikan tidak ada pengaruh atas apa
yang telah ditinggalkan..”
Gadis itu menyaksikan sepasang kekasih yang sedang
mengukir bahagia dibibiran pantai. Bermain dengan deburan ombak sambil sesekali
melemparkan senyum atau tertawa. Entah lelucon apa yang sedang mereka
tawakan. CUKUP.. mungkin sudah cukup ia
menyaksikan aura kebahagiaan yang terpancar dari dua sejoli itu. Ia menunduk,
takut dirinya akan hancur dan hilang seperti buih ombak jika dia bertahan untuk
menyaksikannya lebih lama.
Ia tersenyum, tapi setetes air mata berhasil lolos turun
dipipi mulusnya. Dengan cepat kedua tangannya terangkat untuk menghapus cairan
bening itu sebelum dua sejoli itu datang menghampirinya.
“Kau
menyayanginya kan??”
Gadis itu terkejut. Dengan refleks kepalanya mengarah ke
sumber suara bas yang terdengar ditelinganya. Ia mendengus kesal ketika
mengetahui siapa sosok yang berdiri disampingnya
“Ahh..
sepertinya jawaban dari pertanyaanku tadi adalah iya. Lihat.. kau habis
menangis kan..??” laki laki itu bersuara lagi.
“ck..
Jangan sok tau. Mataku kelilipan pasir..”
“
Laki laki seperti dia tidak pantas kau tangisi, Senja..”
“Sudah
ku katakan jangan sok tau. Ck.. Apa kau tidak ada hobi lain selain menguntitku
kemana mana??”. Laki laki itu tersenyum penuh makna di depan gadisnya. Senyum yang
menyimpan begitu banyak rahasia. Senyum yang membuat senja membeku sesaat.
“Senja,
jadi dia orangnya??”. Sepasang kekasih itu kembali menghampiri senja. Sepasang kekasih
yang tanpa mereka sadari telah membuat hati senja remuk tak berbentuk.
“Siapa
sih Babe..?”
“Ini
lho, Babe. Kemarin Senja cerita ke aku kalau dia punya seseorang yang dia
sayangi. Waktu aku tanya siapa, eh dianya gak mau kasih tau. And see.. justru
dia malah buat kejutan buat kita dengan
ngajak seseorang itu kesini..”
“
Bulan, Kau salah Paham. Dia..” Ucapan Senja terpotong ketika ia menyadari ada
tangan kekar yang merangkul bahunya.
“ Kenalin..
aku Langit..” ucap laki laki itu dengan tersenyum geli ketika menyadari tubuh
yang dirangkulnya tiba tiba menegang karena terkejut atas tindakannya..
“Aku, Bulan Sahabatnya Senja. Dan ini pacar ku,
Bintang..”
“ehm..Bulan
dan Bintang.. kalian pasangan yang serasi..”
“Terimakasih”
laki laki yang bernama bintang itu tersenyum tulus.
“Oh
ya.. kalian tidak keberatan kan kalau aku yang akan mengantar senja pulang?? Kami
masih ingin jalan jalan..”
“Ap..Apaa..
tidak... aku.. eh..”
“ gak
pa-pa kok.. kami ngerti. Kalau gitu, kami
duluan ya.. have fun buat kalian”
“Bulan
tunggu.. aku ikut kalian..”
Langit tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah dua
sejoli yang baru saja meninggalkan mereka, sedangkan tangan satunya masih belum
juga melapas rangkulan dibahu Senja.
“ Langit..
Apaan sih. Lepasin aku sebelum aku melakukan hal yang anarkis..”
Senyum Langit semakin melebar mendengar kalimat ketus
dari gadisnya. Seolah olah ancaman yang
dilontarkan Senja berupa gurauan yang membuatnya tertawa.
“
Aku gak tau kalau kau menyimpan perasaan padaku. Kenapa tidak jujur saja dari
kemarin kemarin..”
Senja memutar bola matanya dengan kesal. “ Teruslah
bermimpi anak muda..” ia melepas paksa rangkulan Langit dibahunya dan berjalan
cepat meninggalkan laki laki itu sendiri.
Lagi. Langit hanya tersenyum melihat kelakuan gadisnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gadis itu berdiri dibibiran pantai dengan tatapan kosong
jauh kedepan. Membiarkan deburan deburan ombak pecah di kakinya. Berharap
sedikit ketenangan hinggap di hatinya yang perih. Digenggamnya selembar foto yang kini telah kusut ditangannya. ‘Kenapa rasanya sakit sekali..? inikah yang
dinamakan patah hati..?? bahkan untuk bernafas saja begitu sulit.. inikah saatnya
aku melepaskanmu??’
“
Ini.. Minum..” Laki itu menempelkan kaleng soft drink di pipi putih Senja.
“Ck..Apaan
sih.. ngagetin tau gak..”
“
Makanya jangan melamun. Ngapain sih harapin orang yang jelas jelas uda punya
kekasih. Apalagi dia kekasih sahabatmu sendiri.. Move on, dong..”
“ Kau fikir melakukannya semudah kau
mengatakannya..” Gadis itu menghela
nafas panjang. “Percayalah.. Aku sudah mencoba. Tapi...susah sekali..”
“Ckckckck.. Susah Move on itu
dikarenakan kau masih berpegangan dengan apa yang sebenarnya gak pantas ntk kau
pegang. Itu sama saja dengan kau berpegangan pada duri yang meski sudah
menyebabkan tanganmu berdarah tapi masih saja dipegang..”
Gadis itu tersentak menoleh ke arah laki laki disampingnya.
Tersadar akan kata katanya yang memukul telak di hati. Ia menunduk, merasakan
matanya menghangat karena cairan didalamnya sebentar lagi akan menuntut keluar.
Ia tersadar, menyadari bahwa apa yang dikatakan laki laki itu benar. bahwa ia
selama ini masih berpegang dan berharap pada sesuatu yang sebenarnya tidak
pantas untuk ia pegang dan harapkan.
“
Apa ini..?” Langit merebut selembar foto yang sejak tadi tergenggam di tangan
senja.
“Langit..
Kembalikan.. itu punyaku.”
Langit berkelit. Diangkatnya foto yang kini ditangannya
itu tinggi tinggi.
“Wahh.. Lihat.. kau culun sekali difoto ini.
beda dengan dirimu yang sekarang.. hahaha”
“ Langiiittt.. itu gak lucu.
Kembalikan foto itu sekarang..”
“Hahahaha.. ini benar benar
lucu. Coba saja kau rebut ini jika kau bisa..”
Mereka berlari disepanjang bibir pantai dengan ombak yang saling
berkejaran seolah olah berrebut untuk menghampiri mereka. Tanpa mereka sadari, nanti ntah kapan, waktu yang telah mereka
lalui bersama saat ini menjadi kenangan yang tak bisa mereka lupakan. Sebuah
moment yang membuat segalanya berbeda.
Dan tanpa Senja sadari, ia telah menciptakan dan mengukir
bahagianya sendiri bersama langit dibibir pantai sore itu. Mengukir bahagia
seperti halnya dengan kedua sahabatnya yang tadi sempat ia saksikan. Tertawa,
tersenyum, bermain dengan ombak pantai. Ia, gadis itu, telah mengukir cerita
bahagianya sendiri bersama seseorang yang jauh lebih layak untuk dia tangisi
nanti.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Langit..
terimakasih” ujar gadis itu sambil tersenyum tulus.
“never
mind. Eh.. tapi Senja.. fotomu tadi, aku tidak tau terjatuh dimana..”
Senja tersenyum. “ gak pa-pa. Foto itu memang tadinya mau
dibuang.”
“nghaa..
kau yakin..?”
“ya..
aku fikir, sudah saatnya aku benar benar melepaskan apa yang sebenarnya memang
bukan untukku. Seperti yang kau katakan tadi, aku masih berpegang dengan yang
seharusnya tidak aku pegang. Dan mulai saat ini, duri yang ku genggam dan
menyebabkanku berdarah, aku akan melepaskannya..” Senyum gadis itu kembali
terukir dengan penuh keyakinan dan harapan.
Langit balas tersenyum padanya. Senyum yang penuh arti.
Senyum ketulusan. Senyum yang menyimpan
sejuta rahasia yang hanya dirinya yang tau.
“Kau
tau, nanti, ntah kapan, ketika kau sudah melihatku, aku akan mengajakmu terbang
mendahului deru angin. Meninggalkannya dibelakang dan memastikan tidak ada pengaruh dengan apa yang ia
tinggalkan..”
Kening Senja berkerut mendengar ucapan Langit yg tidak ia
mengerti sama sekali. Mulutnya terbuka untuk meminta penjelasan lanjut tentang
maksud laki laki itu.
“Sudahlah..
ayo pulang..” ujar laki laki itu sambil mengacak rambut senja.
“
nghaa.. pulang?? Tapi aku ingin melihat matahari tenggelam..”
“bukankah
kau sudah sering melihatnya..?” tanya langit sambil berjalan memunggungi senja
“
iya, tapi aku masih ingin melihatnya. Sunset dan senja disini indah, ngit..
tunggu bentar lagi yaa..” bujuk gadis itu sambil berusaha mengimbangi langkahnya
dengan Langit.
“enggak..
aku mau pulang. Terserah kau mau ikut dengan ku atau tidak..”
“Langitt..
arrghh... baiklah aku ikut pulang dengan mu.. heii Langiiittt.. tunggu akuu”
“
cepat sedikit.. dasar siput, lambat sekali kau..”
“Apa
kau bilangg... !!! aduhhh..”
“astagaa..
ditaruh dimata matamu sampai batu sebesar itu bisa membuatmu terjatuh.. hahahaha..”
“gak
lucu, Langit. Jangan tertawa..!! kau tidak membantu sama sekali..”
“Terserah
aku dong.. hahahaha”
“Langiitttt..
Awas kau..!!”
‘..Senja..
kau tau, kau terlalu indah untuk disia siakan dengan orang orang yang tak
mengerti betapa kau sangat istimewa. Kau tak pantas untuk menangis dan aku
berjanji, akan terus membuatmu berwarna tanpa ada lagi awan kelabu yang
menyelimutimu...’
‘..Senja..
tidakkah kau tau bahwa kau mempesona?? Kau, dengan segala kelebihan dan
kekuranganmu membuatku berwarna. Yaa.. membuat langit jauh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar