1/26/2015

Dongeng Penghantar Tidur (Sepucuk Surat utk Kekasih)

Sayang.. coba dengarkan. Aku punya satu cerita untuk mu. Cerita penghantar tidur. Bukan... ini bukan tentang cinderella yang berdansa dengan pangeran dan kehilangan sepatu kacanya, bukan tentang rapunzel dan rambut panjangnya, bukan tentang putri tidur yang menanti pangerannya, apalagi tentang putri ariel yg rela kehilangan suaranya untuk bisa menjadi manusia dan berada disisi orang yang dicintainya meski akhirnya ia hilang menjadi buih dilautan. Sekali lagi kukatakan,bukan.. ini bukan tentang kisah mereka. Jadi, cobalah mendekat. Rebahlah disampingku. Kamu bisa memejamkan matamu sembari mendengarku bercerita, aku akan menghantarkanmu ke sebuah gerbang mimpi indah yang belum pernah kamu masuki..
Dengarlah...
Ada seorang gadis mencintai seorang lelaki yang tidak pernah sedikit pun terfikir olehnya bisa memiliki hati lelaki itu seindah ini. seorang lelaki yang sejak lama ia kagumi. Manis.. Dia-lelaki itu- begitu manis. Tersenyum dengan lembut, tertawa menularkan kebahagiaan, berkata memberikan kehangatan. Lelaki itu seperti langit. Yang biru mendamaikan, yang luas melingkupi dunia; dunianya. Yang rela meredup agar bintang menunjukkan keindahan malam. Yang bersedia memberi pelangi setelah hujan. Yang menyediakan kehangatan mentari dan kesejukan gerimis pagi. Langit yang indah dengan senja yang menawarkan ketenangan jiwa; jiwanya.

Ada seorang gadis yang mencintai seorang lelaki. Seorang gadis yang tak pernah tau alasan mengapa ia bisa mencintai lelaki itu sedalam ini. Gadis itu menyukai senyumnya, merindui suaranya. Ia menyukai tatapan matanya. Tatapan mata seorang lelaki yang sedang mencintai. Yaa.. tatapan cinta yang begitu hangat selalu terpancar  tiap kali ia menatap gadis itu. Namun, bukan karena itu sang gadis mencintainya. Bukan karena senyumnya, suaranya, mata indahnya atau bahkan wajahnya.
Sang gadis mencintainya karena dirinya. Hanya dirinya.
Mencintai lelaki itu karena semua yang ada padanya.
Umm?? Siapa mereka?? Kamu ingin tau siapa mereka??
Baiklah, aku akan memberi tau mu. Ayo pejamkan kembali mata mu. Kita akan bertemu dengan mereka..
Sayang.. kamu lihat gerbang yang kukatakan diawal cerita  tadi? Sebuah gerbang menuju sebuah taman. Bunga-bunga mekar dengan warna warni yang indah, kupu-kupu yang berterbangan, rumput hijau layaknya permadai nan lembut. Taman itu, taman seribu bunga. Masuklah sayang.. langkahkan kakimu menuju ke dalamnya. Kan kamu temui jawaban apa yang kamu pertanyakan tadi. Tentang seorang gadis dalam ceritaku tadi.
Kamu sudah menemukannya? Ia sedang duduk dibangku taman itu menunggu lelakinya..

Dear, My past (The Last Letter)

Assalamualaikum my Favourite mistake.. my past..
Aku menyapamu dengan segala kerendahan hati dan setangkup rindu akan keakraban kita beberapa puluh hari yg lalu, ah tidak, mungkin hitungan hari itu telas mencapai ratusan. Ya.. aku memang lupa ntah kapan kita terakhir kalinya bercanda bersama.
My past, are you okay? Dear, doaku kan selalu menyertaimu. Ntah sampai kapan nanti kita bertemu, kuharap tak ada lagi rasa sakit itu menggerus kalbu. Nanti, jika suatu saat cerita ini sampai padamu, akankah kamu membacanya sampai akhir? Sampai titik, sampai kata kata ini bosan menceritakan semua tentangmu. Sampai jemariku tak sanggup lagi mengetik namamu.
Dear, aku telah sampai disatu titik dimana naluri pengabdianku mencuat seperti kembang api, meletup mewarnai hitam langit. Dan aku, untuk pertama kalinya bersyukur pada Illahi telah memberikan anugerah itu. Dan untukmu, aku mengucapkan terimakasih banyak krn telah menjadi orang pertama untuk meyakinkanku tetap berjalan dipilihan ini.
Dear, apakah tujuanmu telah tercapai? Masih bolehkah aku mendengar cerita perjalananmu hingga kamu mencapai titik tempatmu berdiri sekarang? Aku.. entahlah.. mungkin merindukanmu. Aku ingin mendengar ceritamu, mendengar tawa dan melihatmu bercerita dengan senyum bangga penuh kesombongan itu. Tak kupungkiri sesaat lalu aku sempat melupakanmu. Dan setiap itu berhasil melepaskan apa yg pernah kita lalui bersama, saat itu pula bisikan itu datang dan mengembalikanku ke dimensi dimana ada kamu dibalik senyum dan tangisku. Ntah apa penyebabnya.
Sayang? Tidak, tentu saja itu tidak lagi menjadi penghuni hatiku.  Aku sudah berbenah dan melipat rapi tentangmu disudut lipatan terdalam hatiku. aku tak ingin kembali kecuali membukanya untuk sekedar mengenang krn siapa aku bisa berubah sejauh ini. Singgahlah sesekali. Tidak untuk menepi namun hanya menyapa. Aku ingin mendengarmu bercerita dgn penuh gebu. Aku ingin bisa melihatmu yg tersenyum angkuh seperti masa itu. Singgahlah sebentar. Singgahlah, dan biarkan kita menghabiskan senja sehari saja dengan cerita cerita sehangat dan semanis coklat panas.

1/25/2015

Selaksa Rindu di Kaki Langit Senja

Assalamualaikum langit, Apa kabar senjaku dikejauhan? Disini, secangkir kafein menguar aroma pekat kerinduan yang tak bertuan. Menyublin ke udara bebas, membelenggu penciuman.

Bahasa yang diam tak berarti ia tak mengatakan. Ketika dari kejauahan siluet yang dirindukan begitu jelas tergambar dikanvas Tuhan, lirih bibir melantunkan permohonan.

Apalagi yang mampu diri lakukan? Ketika tangan tak sampai untuk merengkuh, maka doalah satu satunya yang mampu mempertemukan. Dalam balutan kasih sayang, kita bertemu dalam waktu waktu terbaik bertemu Tuhan.

Kita titipkan rindu dalam lantunan. Lirih merdu hati mendendangkan syair ketenangan. Berharap jarak yang membentang bukan jadi penghalang. Sebab hati yang bertautan menjadi sandaran keyakinan.


Ahh... langit sudah berubah pekat kehitaman. Mega jingga telah menjadi kenangan. Sudahkah senjaku tenggelam dikejauhan?