2/03/2013

Komunitas Hewan


BAB I
PENDAHULUAN

I.1  Latar Belakang
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.
            Komunitas mempunyai lima cirri cirri yang telah diukur dan dikaji yaitu:
1.      Keanekaragaman spesies
2.      Bentuk dan sttruktur pertumbuhan
3.      Dominansi
4.      Kelimpahan relative nisbi
5.      Structure tropic


I.2  Tujuan
            Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.      Mengetahui dan memahami pengertian komunitas
2.       Mengetahui dan memahami cirri cirri komunitas
3.      Mengetahui dan memahami mencari indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
4.      Mengetahui dan memahami suksesi pada hewan
5.      Mengetahui dan memahami  interaksi antar spesies anggota populasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunitas
 Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.   Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut.  Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup lainnya.( Soedjiran Resosoedarmo, 1990)
 Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya.  Namun, perubahan akan selalu terjadi.  Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai.  Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya penghuni yang pertama.
 
Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga mengalami serta menjalani siklus hidup. Komunitas Ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam kumpulana ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas. Konsep komunitas cukup jelas, tetapi sering kali pengenalan dan penentuan batas komunitas tidaklah mudah. (Suwasono Heddy, 1986)

2.2 Ciri Ciri Komunitas
2.2.1 Keanekaragaman Spesies (Diversitas)
            Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan pengertian keanekaragaman.  Istilah ini dapat diterapkan pada pelbagai bentuk, sifat, dan ciri suatu komunitas.  Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies, keanekaragaman dalam pola penyebaran.  Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk menentukan keanekaragaman komunitas perli dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komunitasnya.  Misalnya mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya, menempatkan spesies tersebut ke dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut  dan menempatkan setiap individu ke dalam tiap habitatnya dan menentukan fungsinya. Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitsas tersebut.  Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya sehingga keadaannya lebih mantap.  (M. Ruslan Umar, 2004)
Ada dua konsep keanekaragaman spesies yang terdapat dalam komunitas,yakni



1.       Kekayaan spesies (spesies richness) : yakni jumlah cacahspesies yang ada di komunitas tersebut. Konsep keanekaragaman Margalef dinyatakan sebagai berikut :
                   Dimana :   S = jumlah spesies yang ada pada komunitas
                                    N = jumlah total individu yang terdalam dalam komunitas

2.      Heterogenitas
                   Merupakan penggabungan dari konsep kelimpahan relative.artinyadalam menganalisa keanekaragaman spesies yang terdapat didalam komunitas, disamping factor jumlah spesies yang ada di dalam komunitas tersebut, factor kelimpahan relatifdarimasing masing spesies yang terdapat pada komunitas tersebut turut diperhitungkan. Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener dinyatakan sebagai berikut :
Dimana : ni      =  jumlah dari spesies 1 yang terdapat dalam komunitas tersebut
                N     = jumlah total dari semua spesies yang terdapat dalam komunitas
                H’    = Indeks keanekaragaman

Sehingga untukrumus Indeks equitabilitas dinyatakan :


Rounded Rectangle: E = H’ / H’ Max
 



Untuk E          = indeks Equitabilitas
            H’        = Indeks keanekaragaman
            Daerah tropika sering disebut sebagai daerah keanekaragaman spesies yang tinggi, termasuk Indonesia. Hal inidijelaskan oleh sejumlah hipotesis oleh para ahli, yakni sebagai berikut:
1.      Hipotesis hipotesis ekilibrium, yang meliputi :
a)      Laju di daerah tropika lebih tinggi karena populasinya yang bersifat sedenter (mobilitas rendah) dan evolusi yang terjadi di daerah tropikaberlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan karena produktivitasnya yang tinggi.
b)      Laju kepunahan di daerah tropika rendah dikarenakan persaingan yang kurang keras akibat ketersediaan sumber daya yang melimpah dan heterogenitas ruang lebih tinggi.
2.      Hipotesis Non-ekilibrium
Yakni suatu hipotesis yang mengemukakan tidak ada hubungannya dengan keseimbangan. Hipotesis ini meliputi :
-          Hipotesis waktu : daerah tropika relative berusia lebih tua dan lebih stabil dibandingkan dengan daerah lainnya.
-          Komunitas komunitas tropika lebih banyak waktu untuk berkembang menghasilkan lebih banyak spesies.

2.1.2        Struktur Komunitas
Struktur komunitas dapat dibedakan menjadi struktur fisik da struktur biologi. Struktur fisik merupakan struktur yang tampak pada komunitas itu,bila mana komunitas itu diamati atau dikunjungi. Sedangkan struktur biologi meliputi komposisi spesies, perubahan temporaldalam komunitas dan hubungan antar spesies dalam suatu komunitas.
Berdasarkan fedelitasnya, spesies yang menyususn pada suatu kominitas dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Eksklusif, yakni jika suatu spesies itu hanya ada disuatu daerah tunggal atau komunitas tunggal.
2.      Karakteristik ( preferensial), yakni jika spesies tersebut melimpah dalam suatu daerah namun juga terdapat didaerah lain dalam jumlah kecil.
3.      Ubiquitos, yakni jika suatu spesies penyebarannya sama dalam berbagai komunitas.
4.      Predominant, jika jumlah individu suatu spesies lebih besar atau sama dengan 10% dari jumlah individu keseluruhan spesies yang ada dalam komunitas tersebut.
2.2.3 Dominansi
               Dominansi merupakanpengendalian nisbi yang diterapkan makhluk hidup atas komposisi spesies dalam komunitasnya.  Spesies dominan adalah spesies yang secara ekoligik sangant berhasil dan yang mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Atau spesies yang paling berpengaruh dan yang mampu dari jumlah maupun aktivitasnya dalam komunitas.. derajat dominansi terpusat didalam satu, beberapa atau banyak spesies dapat dinyatakan dengan indeks dominansi, yaitu jimlah kepentingan tiap-tiap spesies dalam hubungandengan komunitas secara keseluruhan.

2.2.4 Suksesi dan Klimaks
               Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang
berbeda dengan komunitas semula. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan sebagai
perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai
akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Ketika habitat berubah,
spesies yang baru akan datang menyerbu untuk menjadi mantap di tempat itu, dan spesies
yang lama akan menghilang.

               Suksesi akan berlangsung secara terus menerus hingga mencapai suatu tingkat akhir yang disebut dengan klimaks. Pada keadaan klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis, artinya komunitas dapat mempertahankan kestabilan internalnya dalam menanggapi respon terhadap factor lingkungan. Deretan langkah atau deretan komunitas yang menyusunurutan suksesional yang menuntun kearah klimaks disebut sere.( Tim Dosen, 2012).
               Dalam kasus Suksesi hewan, akan terjadi suksesi tumbuhan terlebih dahulu pada komunitas tersebut lalu di ikuti oleh munculnya suksesi hewan. Hal ini disebabkan karena tumbuhan merupakan makhluk autotrof yang menyediakan sumber energy bagi hewan tersebut. Ketersediaan sumberdaya pada komunitas terjadinya suksesi sangant mempengaruhi banyak tidaknya hewan yang ditemukan dalam proses suksesi tersebut.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder.
a)       Suksesi Primer
               Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat
terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat
berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai.
Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara,
timah, dan minyak bumi).
Tahapannya terjadinya suksesi primer dapat dilihat sebagai berikut:
1. suatu komunitas rusak yang diakibatkan berbagai hal, missal bencana alam letusan gunung berapi.
 
2. Kolonisasi Awal
 Spora lumut, biji tumbuhan atau bakteri autrotrof sebagai organisme
fotosintesis pertama yang muncul akibat terbawa oleh angin dan tertanam di daerah
tersebut.
3. Pertumbuhan pioneer
 Benih-benih yang tumbuh di lahan kosong tumbuh dan
berkembang biak. Jenis organisme yang datang pertama dan menjadi penghuni pemula
di lahan kosong sebagai pioner. Tumbuhan pioner akan membentuk koloni-koloni.
4. Invasi
 Selama proses kolonisasai di tempat yang baru anak-anak dari organisme
pioner yang adaptasinya paling baik terhadap lingkungan mampu bertahan dan terus
menyebar atau mengadakan invasi secara luas.
5. Stabilisasi
 Habitat dan ekosistem yang baru terbentuk terus mengalami perubahan,
baik dalam hal kondisi lingkungan fisik maupun komponen biotik yang menghuninya.
Perubahan akan terus terjadi sampai ekosistem mencapai keaadan yang stabil.
6. Klimaks
Hubungan antara jenis-jenis organisme yang dominan pada komunitas
klimaks dengan habitat atau lingkungannya sudah sangat harmonis, dan komunitas
klimaks ini bersifat stabil atau tudak berubah selama kondisi iklim dan keaadaan
fisiografisnya tetap sama.



b)      Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat
seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari
komunitas pionir. Suksesi sekunder dapat disebabkan oleh kebakaran, banjir, gempa bumi
atau aktivitas manusia.(Anonim, 2012)



















BAB III
KESIMPULAN

·         Komunitas adlah kumpulan/kelompok populasi makhluk hidup dalam suatu habitat yang saling berinteraksi.
·         Komunitas memiliki lima ciri-ciri, yaitu :
1.      Keanekaragaman spesies (diversitas)
2.      Bentuk dan struktur pertumbuhan
3.      Dominansi
4.      Kelimpahan relative nisbi
5.      Struktur tropic
·         Keanekaragaman spesies terdapat 2 konsep, yaitu kekayaan spesies (species richness) dan heterogenitas.
·         Hipotesis para ahli mengenai diversity daerah tropika ada dua, yaitu Hipotesis Ekilibrum (keseimbangan), meliputi laju : a) laju spesialisasi di daerah tropika lebih tinggi dan b) laju kepunahan di daerah tropic lambat, serta Hipotesis Non Ekilibrum, meliputi : a) Hipotesis Waktu, dan b) Komunitas tropic lebih banyak waktu untuk berkembang.
·         Struktur komunitas dapat dibedakan menjadi stuktur fisik dan struktur biologis. Sedangkan berdasarkan fidelitasnya (derajat keterbatasan suatu spesies untuk situasi tertentu ).
·         Berdasarkan fedelitasnya (derajat keterbatasan suatu spesies untuk situasi tertentu), spesies diklasifikasikan atas  5, yaitu : eksklusif, karakteristik, ubiquitos dan predominant.
·         Dominansi merupakan pengendalian nisbi yang diterapkan makhluk hidup atas dan bertahap dari komunitas pada suatu wilayah ekosistem tertentu.
·         Sere adalah seluruh seri komunitas yang terbentuk pada keadaan atau waktu tertentu.
·         Klimaks adalah suatu keadaan seimbang- dinamis dari populasi yang menentukan dalam perjalanan suksesi ekologis yang optimum.

·         Suksesi dibagi menjadi dua yaitu suksesiprimer dan suksesi skunder.
·         Suksesi primer adalah perubahan komunitas yang terjadi pada habitat dimana komunitas awalnya telah hilang secara total.
·          Suksesi sekunder adalah perubahan komunitas yang terjadi bilamana suatu komunitas atau ekosistem mendapat gangguan, baik secara alami maupun secara buatan, akan tetapi gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organism sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.


















DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.suksesi.http://haeryn.wordpress.com/2012/05/21/suksesi/ (diakses tanggal 19 desember 2012).

Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : CV Rajawali.

Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta  :PT Remaja Rosdakarya.

Umar, M. Ruslan. 2004. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Tim Dosen. 2012. Dasar Dasar Ekologi Hewan. Medan : FMIPA Unimed.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar